apa yang disebut resesi ekonomi?

Secara sederhana resesi ekonomi dapat dipahami sebagai kelesuan ekonomi. Mengutip dari Wikipedia, resesi diartikan sebagai kondisi di mana produk domestik bruto (GDP) mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut atau lebih dari satu tahun.

Sesuai dengan namanya yang berarti kelesuan atau kemerosotan, resesi mengakibatkan penurunan secara simultan pada setiap aktivitas di sektor ekonomi. Sebut saja lapangan kerja, investasi, dan juga keuntungan perusahaan. Nilai impor yang lebih besar dibandingkan ekspor, harga-harga barang komoditas yang semakin mahal, biaya listrik, bahan bakar minyak, dan pajak yang juga tak mau kalah melonjak tajam. Selain itu, tingkat daya beli masyarakat Indonesia saat ini juga menurun. Hal ini berimbas pada banyaknya perusahaan retail yang mengambil keputusan untuk menutup sejumlah gerainya. Tutupnya gerai retail tersebut tidak bisa dinafikan bahwa daya beli masyarakat rendah sehingga kegiatan ekonomi menjadi lesu. Akibat lebih lanjut atas penutupan gerai retail tersebut tentu saja tingkat pengangguran semakin tinggi. Secara lebih lanjut, kondisi tersebut mengakibatkan daya beli masyarakat menurun yang berimbas pada turunnya keuntungan perusahaan.


Resesi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. 

1. "guncangan" ekonomi yang mengganggu kinerja finansial. 

Guncangan ekonomi yang tiba-tiba Guncangan ekonomi adalah masalah serius yang datang tiba-tiba terkait keuangan. Saat ini, wabah virus corona atau Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia, menjadi salah satu penyebab resesi di berbagai negara, misalnya Singapura dan Korea Selatan. 

2. Suku Bunga Tinggi

Ketika suku bunga naik, mereka membatasi likuiditas, yaitu uang yang tersedia untuk diinvestasikan.

3. Gelembung aset. 

Hal ini terjadi ketika investasi didorong oleh emosi. Misalnya saat pasar saham mendapat keuntungan besar. Investasi yang didorong oleh emosi ini menggembungkan pasar saham, sehingga ketika gelembungnya pecah, maka akan terjadi panic selling yang tentunya dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi. 

4. Hilangnya Keyakinan dalam Investasi dan Perekonomian

Kehilangan kepercayaan menyebabkan konsumen berhenti membeli dan beralih ke mode defensif. Begitu massa mulai kritis dan berhenti membeli, kepanikan mulai masuk. Penjualan eceran melambat. Bisnis tidak lagi menerima pekerja baru dan ekonomi memberi peluang pekerjaan lebih sedikit dari biasanya. Produsen memotong banyak hal sebagai reaksi atas penurunan pesanan dan tingkat pengangguran naik. 

5. Utang yang berlebihan. 

Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, dan tak mamput membayar tagihan mereka, dapat menyebabkan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian. 

6. Harga dan Penjualan Perumahan yang Jatuh

Jika pemilik rumah kehilangan ekuitas, mereka mungkin terpaksa mengurangi pengeluaran karena mereka tidak bisa lagi mengambil hipotek kedua. Ini adalah pemicu awal yang memicu Resesi Hebat (Great Depression). Akhirnya, bank kehilangan uang pada investasi rumit yang didasarkan pada nilai dasar rumah.

7. Pesanan Manufaktur Melambat

Salah satu prediktor resesi adalah penurunan pesanan manufaktur lebih tajam dari biasanya. Contohnya adalah pesanan barang yang bersifat tahan lama mulai turun pada Oktober 2006, jauh sebelum resesi 2008 silam melanda dunia.

8. inflasi yang tinggi. 

inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk bagi ekonomi. Tetapi inflasi yang "berlebihan" dapat membahayakan resesi. Bank Indonesia, umumnya menaikkan suku bunga untuk menekan aktivitas ekonomi. Inflasi yang tak terkendali adalah masalah.

9. deflasi yang tinggi. 

Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi dapat menjadi lebih buruk. Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Ketika deflasi lepas kendali, orang dan bisnis berhenti berbelanja, mana hal ini berdampak pada ekonomi suatu negara. 

10. Deregulasi Undang- Undang

Anggota parlemen dapat memicu resesi dengan menghilangkan pengamanan penting dengan membuat regulasi atau undang- undang baru. Oleh karena itu setiap undang- undang yang diajukan harus ditelaah dulu dan ditinjau karena akan berdampak pada semua sektor termasuk sektor ekonomi.

11. Perlambatan Pasca Perang

Pengurangan dan gangguan ekonomi juga terjadi pasca Perang Dunia II menyebabkan resesi di tahun 1945.

12. Perubahan teknologi 

Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tetapi mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi. Pada abad XIX, ada gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja. Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa AI dan robot dapat menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.

13. Serangan Pandemi

Dengan munculnya pandemi global seperti saat ini, pemerintah di banyak negara menutup border, penerbangan dan banyak akses umum. Ini termasuk akses untuk bersosial dan bekerja yang otomatis akan mengganggu jalannya ekonomi dan mengakibatkan resesi karena semua proses pembuatan dan penjualan terhambat bahkan hingga terhenti.


Indikator suatu negara memasuki masa resesi ekonomi

1. Terjadi ketidakseimbangan antara produksi dengan konsumsi

Apabila tingginya produksi tidak diikuti dengan tingginya konsumsi, akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Sebaliknya, jika produksi rendah sedang konsumsi tinggi maka kebutuhan dalam negeri tidak akan mencukupi sehingga harus dilakukan impor. Hal ini akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.

2. Pertumbuhan ekonomi lambat bahkan merosot selama dua kuartal terturut-turut

Dalam perekonomian global, pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai ukuran untuk menentukan baik buruknya kondisi ekonomi suatu negara. pertumbuhan ekonomi ini menggunakan acuan produk domestik bruto yang merupakan hasil penjumlahan dari konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor yang dikurangi impor. Jika pertumbuhan ekonomi suatu mengalami kenaikan secara signifikan, artinya negara tersebut dalam kondisi ekonomi yang kuat. Demikian pula sebaliknya. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami kelesuan atau resesi.

3. Nilai impor jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor

Dalam perdagangan internasional, kegiatan impor dan ekspor sangatlah wajar. Selain untuk menjalin kerja sama ekonomi, tujuan dari impor dan ekspor salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kedua negara. Negara yang kekurangan komoditas karena tidak bisa memproduksi sendiri, bisa mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi bisa mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Namun, jika impor dengan ekspor tidak stabil bisa berdampak pada perekonomian negara. Nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor berisiko pada defisit anggaran negara.

4. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi

Untuk alasan dan kepentingan tertentu, inflasi memang diperlukan. Namun, inflasi yang terlalu tinggi justru mempersulit kondisi ekonomi, karena harga-harga komoditas melonjak sehingga tak bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, utamanya yang kelas ekonominya menengah ke bawah.

Kondisi ekonomi akan semakin parah apabila inflasi tidak diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi. Tak hanya inflasi yang berdampak pada resesi, tetapi juga deflasi. Harga-harga komoditas yang menurun drastis bisa mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan yang rendah. Akibatnya, biaya produksi tidak tertutup sehingga volume produksi rendah.

5. Tingkat pengangguran tinggi

Tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal, maka tingkat penggangguran di negara tersebut jelas akan tinggi. Risikonya, daya beli rendah bahkan memicu tindak kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.



Berikut tips agar kondisi keuangan keluarga tetap sehat menjelang resesi ekonomi :

1. Siapkan Dana Darurat

Rekening tabungan yang didanai dengan baik bisa menjadi tambahan yang dibutuhkan untuk memenuhi tagihan atau digunakan untuk keadaan darurat yang tak terhindarkan. Dana darurat atau emergency fund merupakan dana yang dipersiapkan untuk kondisi darurat yang tidak terduga, misalnya kehilangan pekerjaan akibat Corona.

2. Jangan Menumpuk Utang

Di zaman yang sulit seperti ini, bisa jadi dana yang tersedia tidak cukup. Namun usahakan sebisa mungkin untuk tidak menumpuk utang. Sebab, kala krisis atau resesi terjadi dan kondisi keuangan makin sulit pasti untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah pas-pasan dan tidak ada lagi uang untuk membayar utang.

3. Mempersiapkan Kebutuhan Pokok

Membuat anggaran dapat menjadi cara yang baik untuk membantu dalam menentukan barang prioritas dan pendukung dalam hidup Anda. Bersiap sangat berbeda dengan panik sehingga menyebabkan membuat harga barang pokok naik lebih cepat dari biasanya. Misalnya seperti saat ini, meski baru prediksi kamu bisa bersiap dengan mulai mengumpulkan barang bahan pokok tanpa menggagu stabilitas harga dengan membeli secara berlebihan.

4. Berhemat

Berhemat tentu sangat berbeda dengan pelit. Usahakan berhemat selagi bisa agar saat ada hal darurat keadaan finansila masih bisa diandalkan. Kamu boleh menghibur diri dengan sesekali membeli hal yang kamu inginkan sebagai hadiah usai bekerja keras, tapi bukan berarti hal itu dilakukan terus menerus dan menggerus tabungan kamu.

5. Tempat Tinggal yang Aman dan Nyaman

Resesi ekonomi menyebabkan bukan hanya keluarga kamu yang terdampak, tapi banyak orang dan boleh jadi ingin membuat tingkat kejahatan meningkat. Oleh karena itu, usahakan memiliki tempat tinggal dan tempat tinggal dalam keadaan yang aman. Ekonomi yang tidak stabil membuat banyak orang gelap mata dan berani melakukan tindak kejahatan untuk bertahan hidup. 

5. Jagalah Ibadah individu dan ibadah Sosial

Ingatlah diatas semua hal tersebut, sebagai seorang muslim ada Allah sebagai tumpuan dan sandaran, Allah berkuasa atas segala sesuatu dan bahkan berkerja diluar nalar manusia. Saat-saat inilah waktu yang sangat diperlukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjaga Ibadah individu maupun ibadah sosial.


0 Response to "apa yang disebut resesi ekonomi?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel