PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN YANG PERLU DIMILIKI OLEH SESEORANG YANG INGIN MELAKUKAN PSIKOTERAPI
Kelengkapan ketrampilan yang perlu dimiliki oleh seseorang yang ingin melakukan psikoterapi ialah:
a. Mempunyai pengetahuan mengenai dasar-dasar ilmu psikologi dan psikopatologi serta proses-proses mental. Hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kuliah, kursus, maupun membaca sendiri.
b. Dapat menarik suatu konklusi tentang keadaan mental pasien yang telah diperiksa. Hal ini didapat dari latihan intensif dan supervisi, untuk mempertajam fungsi pemeriksaan, terutama dalam hal mendengar dengan cermat (listening).(A healer is one who listens in order to listen and to understand). Dengan mendengar dengan teliti dan cermat, dibekali oleh pengetahuan yang cukup, kita akan mendapat gambaran tepat tentang pasien-pasien yang diwawancarai. Fungsi mendengar ini amat penting; dari fungsi ini sedapat-dapatnya kita memperoleh apa yang dimaksud oleh pasien, yang belum tentu sesuai dengan apa yang dikatakannya. Misalnya:
<> seorang pasien datang dengan keluhan nyeri di dadanya; hendaknya kita memperhatikan bagaimana ia mengekspresikan keluhan tersebut dengan cermat. Bila kita teliti, kita akan merasa dan mengetahui bahwa sebetulnya pada saat itu pasien sedang dalam keadaan sangat cemas. Untuk mengatasi hal itu, tugas pertama kita adalah mengurangi kecemasannya terlebih dahulu. Barangkali dengan itu saja, sudah akan mengurangi intensitas keluhannya. Untuk melakukan maksud ini pun kita harus lihat dan rasakan dengan teliti; kadang, tujuan kita akan menurunkan kecemasannya tetapi justru meningkatkannya. Jadi, kita harus mengetahui apa tujuan kita mengajukan pertanyaan tertentu kepada pasien.
<> seorang pasien lain datang dengan keluhan sakit yang bermacam-macam yang menimpa beberapa bagian atau organ tubuhnya. Biasanya kita langsung berpikir: “Sakit apakah pasien ini?“ Padahal, mungkin yang ia maksud saat itu adalah:“ Saya sedang sangat cemas, dokter!“ Dari sini dapat kita ketahui bahwa tidak semua yang dikatakan oleh pasien itu tercermin dari perkataannya; bila kita senantiasa teliti, kita akan merasa dan mengetahui apa yang diucapkan dan diperagakan pasien secara keseluruhan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, karena biasanya keluhan pasien merupakan suatu simbol atau representasi dari hal-hal yang tidak dapat diungkapkan secara verbal, yang biasanya terjadi karena hal itu tidak disadari (berada di alam nirsadar).
<> seorang pasien lain mengeluhkan rasa nyeri yang dialami sejak beberapa waktu sebelumnya. Biasanya, kita lalu akan bertanya: “Nyerinya di sebelah mana, ya?“ Dalam hal ini, kita harus mengetahui betul mengapa kita mengajukan pertanyaan tersebut (apa maksud/tujuannya? apakah memang hanya ingin mengetahui lokasi nyerinya, atau ingin memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya?); sebaiknya, pertanyaan kita tersebut mengandung makna bagi pasien (pertanyaan yang logis, sensibel, dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh pasien). Usahakan tidak mengungkapkan pertanyaan dengan kata-kata yang sulit dimengerti, karena ini dapat mengakibatkan pasien merasa tidak mampu (karena tidak mengerti pertanyaan kita), atau merasa bahwa ia tidak dipahami. Kita juga sebaiknya mengetahui jawaban apa yang kita harapkan dari pertanyaan yang kita ajukan tersebut.
c. Terampil dan berpengalaman dalam menerapkan teknik dan metode penanganan fungsi-fungsi mental pasien. Terdapat teknik-teknik yang biasanya digunakan, antara lain persuasi, desensitisasi, pemberian nasihat, pemberian contoh (modelling), empati, penghiburan, interpretasi, reward & punishment, dll. Pada dasarnya, terdapat manipulasi dasar yang dapat kita lakukan, yaitu :
> Cara mengontrol ansietas
> Cara mengatasi depresi
> Cara menghadapi psikosis
Mengenai lama pendidikan yang dijalani untuk menguasai teknik-teknik tersebut amat bervariasi, tergantung dari latar belakang pendidikan serta jenis psikoterapi yang ingin dimahiri (lihat pembagian jenis psikoterapi; untuk konseling misalnya, minimal diperlukan waktu dua minggu untuk dapat melakukannya sendiri, sedangkan untuk psikoterapi berorientasi dinamik, diperlukan pendidikan intensif sekitar lima-enam tahun untuk mendapatkan ilmu dan ketrampilan yang memadai).
d. Kepribadian:
merupakan variabel yang penting dalam psikoterapi (selain variabel pasien dan teknik yang digunakan) yang berpengaruh penting dalam menentukan arah dan hasil terapi. Seseorang yang ingin melakukan psikoterapi hendaknya memiliki kepribadian dengan kualitas khusus yang memungkinkan untuk membentuk dan memupuk hubungan yang tepat dan patut dengan pasien-pasiennya, dengan ciri-ciri :
- Sensitif / sensibel
- Obyektif dan jujur
- Fleksibel
- Dapat berempati
- Relatif bebas dari problem emosional atau problem kepribadian, yang serius.
Sebaliknya, ciri/unsur kepribadian yang merugikan keberhasilan terapi, antara lain :
- Kecenderungan untuk mendominasi, sombong/angkuh, otoriter
- Kecenderungan untuk pasif dan submisif
- Sulit untuk terlibat dalam hubungan personal yang bermakna
- Tidak mampu untuk mentoleransi ekspresi impuls tertentu
- Mempunyai kebutuhan untuk menggunakan pasien bagi pemuasan impuls yang terpendam
- Mempunyai sifat destruktif
e. Pengalaman :
pengalaman yang diperoleh dalam menangani pasien, kekayaan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, luasnya wawasan dalam pengetahuan, budaya, agama, hal-hal spiritual, merupakan bekal yang penting. Problem pribadi yang dialami tidak dapat menjadi ukuran dalam menangani pasien. Yang menarik ialah bahwa tidak ada seorang pasien pun yang sama, setiap pasien adalah unik. Pengalaman yang dimiliki akan berguna dalam mengatur strategi dan teknik untuk mencapai tujuan terapi.
Sylvia D. Elvira
a. Mempunyai pengetahuan mengenai dasar-dasar ilmu psikologi dan psikopatologi serta proses-proses mental. Hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kuliah, kursus, maupun membaca sendiri.
b. Dapat menarik suatu konklusi tentang keadaan mental pasien yang telah diperiksa. Hal ini didapat dari latihan intensif dan supervisi, untuk mempertajam fungsi pemeriksaan, terutama dalam hal mendengar dengan cermat (listening).(A healer is one who listens in order to listen and to understand). Dengan mendengar dengan teliti dan cermat, dibekali oleh pengetahuan yang cukup, kita akan mendapat gambaran tepat tentang pasien-pasien yang diwawancarai. Fungsi mendengar ini amat penting; dari fungsi ini sedapat-dapatnya kita memperoleh apa yang dimaksud oleh pasien, yang belum tentu sesuai dengan apa yang dikatakannya. Misalnya:
<> seorang pasien datang dengan keluhan nyeri di dadanya; hendaknya kita memperhatikan bagaimana ia mengekspresikan keluhan tersebut dengan cermat. Bila kita teliti, kita akan merasa dan mengetahui bahwa sebetulnya pada saat itu pasien sedang dalam keadaan sangat cemas. Untuk mengatasi hal itu, tugas pertama kita adalah mengurangi kecemasannya terlebih dahulu. Barangkali dengan itu saja, sudah akan mengurangi intensitas keluhannya. Untuk melakukan maksud ini pun kita harus lihat dan rasakan dengan teliti; kadang, tujuan kita akan menurunkan kecemasannya tetapi justru meningkatkannya. Jadi, kita harus mengetahui apa tujuan kita mengajukan pertanyaan tertentu kepada pasien.
<> seorang pasien lain datang dengan keluhan sakit yang bermacam-macam yang menimpa beberapa bagian atau organ tubuhnya. Biasanya kita langsung berpikir: “Sakit apakah pasien ini?“ Padahal, mungkin yang ia maksud saat itu adalah:“ Saya sedang sangat cemas, dokter!“ Dari sini dapat kita ketahui bahwa tidak semua yang dikatakan oleh pasien itu tercermin dari perkataannya; bila kita senantiasa teliti, kita akan merasa dan mengetahui apa yang diucapkan dan diperagakan pasien secara keseluruhan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, karena biasanya keluhan pasien merupakan suatu simbol atau representasi dari hal-hal yang tidak dapat diungkapkan secara verbal, yang biasanya terjadi karena hal itu tidak disadari (berada di alam nirsadar).
<> seorang pasien lain mengeluhkan rasa nyeri yang dialami sejak beberapa waktu sebelumnya. Biasanya, kita lalu akan bertanya: “Nyerinya di sebelah mana, ya?“ Dalam hal ini, kita harus mengetahui betul mengapa kita mengajukan pertanyaan tersebut (apa maksud/tujuannya? apakah memang hanya ingin mengetahui lokasi nyerinya, atau ingin memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya?); sebaiknya, pertanyaan kita tersebut mengandung makna bagi pasien (pertanyaan yang logis, sensibel, dapat dimengerti maksud dan tujuannya oleh pasien). Usahakan tidak mengungkapkan pertanyaan dengan kata-kata yang sulit dimengerti, karena ini dapat mengakibatkan pasien merasa tidak mampu (karena tidak mengerti pertanyaan kita), atau merasa bahwa ia tidak dipahami. Kita juga sebaiknya mengetahui jawaban apa yang kita harapkan dari pertanyaan yang kita ajukan tersebut.
c. Terampil dan berpengalaman dalam menerapkan teknik dan metode penanganan fungsi-fungsi mental pasien. Terdapat teknik-teknik yang biasanya digunakan, antara lain persuasi, desensitisasi, pemberian nasihat, pemberian contoh (modelling), empati, penghiburan, interpretasi, reward & punishment, dll. Pada dasarnya, terdapat manipulasi dasar yang dapat kita lakukan, yaitu :
> Cara mengontrol ansietas
> Cara mengatasi depresi
> Cara menghadapi psikosis
Mengenai lama pendidikan yang dijalani untuk menguasai teknik-teknik tersebut amat bervariasi, tergantung dari latar belakang pendidikan serta jenis psikoterapi yang ingin dimahiri (lihat pembagian jenis psikoterapi; untuk konseling misalnya, minimal diperlukan waktu dua minggu untuk dapat melakukannya sendiri, sedangkan untuk psikoterapi berorientasi dinamik, diperlukan pendidikan intensif sekitar lima-enam tahun untuk mendapatkan ilmu dan ketrampilan yang memadai).
d. Kepribadian:
merupakan variabel yang penting dalam psikoterapi (selain variabel pasien dan teknik yang digunakan) yang berpengaruh penting dalam menentukan arah dan hasil terapi. Seseorang yang ingin melakukan psikoterapi hendaknya memiliki kepribadian dengan kualitas khusus yang memungkinkan untuk membentuk dan memupuk hubungan yang tepat dan patut dengan pasien-pasiennya, dengan ciri-ciri :
- Sensitif / sensibel
- Obyektif dan jujur
- Fleksibel
- Dapat berempati
- Relatif bebas dari problem emosional atau problem kepribadian, yang serius.
Sebaliknya, ciri/unsur kepribadian yang merugikan keberhasilan terapi, antara lain :
- Kecenderungan untuk mendominasi, sombong/angkuh, otoriter
- Kecenderungan untuk pasif dan submisif
- Sulit untuk terlibat dalam hubungan personal yang bermakna
- Tidak mampu untuk mentoleransi ekspresi impuls tertentu
- Mempunyai kebutuhan untuk menggunakan pasien bagi pemuasan impuls yang terpendam
- Mempunyai sifat destruktif
e. Pengalaman :
pengalaman yang diperoleh dalam menangani pasien, kekayaan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, luasnya wawasan dalam pengetahuan, budaya, agama, hal-hal spiritual, merupakan bekal yang penting. Problem pribadi yang dialami tidak dapat menjadi ukuran dalam menangani pasien. Yang menarik ialah bahwa tidak ada seorang pasien pun yang sama, setiap pasien adalah unik. Pengalaman yang dimiliki akan berguna dalam mengatur strategi dan teknik untuk mencapai tujuan terapi.
Sylvia D. Elvira
0 Response to "PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN YANG PERLU DIMILIKI OLEH SESEORANG YANG INGIN MELAKUKAN PSIKOTERAPI"
Post a Comment