Dukungan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
a. Dukungan pembelajaran berbasis inkuiri secara teoritis
Pada dasarnya manusia melakukan inkuiri sejak lahir. Proses inkuiri dimulai sengan mengumpulkan informasi dan data dengan menggunakan organ indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan membau. Premis yang mendasari pembelajaran berbasis inkuiri adalah (1) need or want to know (rasa ingin tahu) dan (2) strategi intelektual yang digunakan oleh ilmuwan untuk memecahkan masalah dapat diajarkan kepada peserta didik.
Melibatkan peserta didik dalam inkuiri memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam proses mental yang tinggi ( penalaran) dan mengambil keputusan. Sepanjang proses inkuiri, para guru dan peserta didik didorong untuk berpikir kritis, terbuka, dan yang paling penting, curiousity tentang lingkungan belajar. Peserta didik menjadi lebih sadar bahwa mereka bertanggung jawab atas temuan mereka sendiri. Proses inkuiri memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilan, dan disposisi untuk belajar seumur hidup, misalnya, kemandirian, keterampilan berpikir, kepercayaan diri, pengambilan keputusan, pembelajaran kooperatif dan lainnya keterampilan hidup.
Bruner menjelaskan ada 4 manfaat dari pengalaman belajar melalaui proses penemuan jawaban pada pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut.
1). Meningkatkan proses intelektual. Menurut Bruner, proses penemuan membantu peserta didik belajar cara memecahkan masalah dan belajar dari tugas (task of learning). Di samping itu, peserta didik juga belajar untuk menghubungkan informasi yang diperoleh sebelumnya menjadi informasi baru dalam memecahkan masalah sampai memeroleh jawaban yang memuaskan. Melalui pembelajaran berbasis inkuiri peserta didik memeroleh kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya.
2). Perubahan penghargaan dari ekstrinsik ke intrinsik. Peserta didik mendapatkan kepuasan dari melakukan manipulasi lingkungan dan pemecahan masalah. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya untuk tidak merasa puas mencari solusi terhadap suatu masalah.
3). Belajar penemuan. Melalui pembelajaran berbasis inkuiri, peserta didik dilatih untuk belajar menemukan masalah sendiri, berusaha untuk mencari pemecahan masalahnya dengan berbagai aktivitas penyelidikan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Bruner menjelaskan bahwa proses inkuiri berkenaan dengan belajar bagaimana mengajukan suatu masalah yang dapat dikerjakan dan dipecahkan. Bruner percaya bahwa hanya melalui praktik dan terlibat dalam proses inkuiri seseorang akan dapat belajar memecahkan masalah. Semakin banyak peserta didik belajar dalam proses inkuiri, semakin banyak proses dapat digeneralisasi dari tugas dan masalah yang dapat dipecahkan.
4). Alat untuk proses mengingat. Masalah utama mengingat adalah mendapatkan kembali apa yang pernah diingat. Peserta didik yang memahami bahan yang dipelajari akan lebih cepat diingat.
Dukungan pembelajaran berbasis inkuiri secara empiris
1). Memotivasi Peserta didik
Salah satu alasan utama untuk mendukung suatu pembelajaran inkuiri adalah karena dianggap memotivasi peserta didik lebih kuat. Bransford, dkk. (2003) menyatakan bahwa peserta didik yang difasilitasi pembelajaran berbasis inkuiri mempunyai motivasi yang mempengaruhi jumlah waktu dan energi untuk belajar. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk tetap memotivasi, tugas yang dibeirkan harus menantang dengan tingkat kesulitan yang tepat; jika tugas terlalu mudah peserta didik akan bosan, sedangkan jika tugas terlalu sulit, peserta didik akan menjadi frustrasi. Senada dengan pendapat Ciardello (2003), peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dengan memicu rasa ingin tahu mereka. Jadi dengan menghadapkan peserta didik dengan konflik kognitif, peserta didik diminta untuk mencari jawaban dari pertanyaan dengan disertai bukti yang mendukung. Peserta didik juga termotivasi ketika mereka dapat melihat kegunaan dan relevansi apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari hari (Bransford, dkk, 2003).
2). Pengembangan Intelektual
Penelitian telah menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat aktif dalam proses inkuiri mampu mengkonstruksi pengetahuan sehingga menjadi miliknya, meningkatkan melek huruf dan meningkatkan keterampilan. Brickman, dkk. (2009) dalam penelitiannya menemukan peserta didik yang difasilitasi pembelajaran berbasis inkuiri menunjukkan peningkatan melek ilmu lebih besar dibanding peserta didik yang difasilitasi dengan pembelajaran secara tradisonal. Selain itu dalam melakukan keterampilan ilmiah peserta didik yang difasilitasi pembelajaran inkuiri lebih percaya diri dibanding pembelajaran tradisional. Berbagai temuan dari 138 penelitian yang dianalisis menunjukkan, tren positif mendukung pembelajaran yang menekankan peserta didik aktif khususnya pembelajaran berbasis inkuiri, berpikir dan menarik kesimpulan dari data. Pengajaran yang secara aktif melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penyelidikan ilmiah lebih meningkatkan pemahaman konseptual daripada strategi yang mengandalkan pada teknik pasif (Minner, 2009)
3). Tahapan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki urut-urutan yang disusun sebagai panduan bagi guru dan peserta didik yang akan menerapkannya di kelas. Bruner (1965) menyampaikan langkah-langkah pada pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut. Peserta didik mengidentifikasi masalah, curah pendapat untuk memecahkan masalah, merumuskan pertanyaan, melakukan penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan hasil, berdiskusi, melakukan refleksi, dan membuat kesimpulan. Tahap-tahap (sintaks) pembelajaran inkuiri diyakini membantu peserta didik melakukan proses inkuiri. Sintaks inkuiri berikut diusulkan oleh Ong dan Boorich (2006) merupakan model umum yang digunakan oleh guru dalam merancang pembelajaran berbasis inkuiri, yaitu ask (merumuskan pertanyaan atau hipotesi), investigate (merencakanan penyelidikan dan mengumpulkan data), create (menganalisis data dan menginterpretasikan hasil), discuss (mendiskusikan temuan penyeldiikan dan membuat simpulan), reflect (melakukan refleksi dan membuat hubungan antar konsep).
Tahapan (sintaks) yang digunakan oleh guru dalam merancang pembelajaran berbasis inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000) sebagai berikut.
(1) Identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah
Tahap ini adalah tahap pengembangan konsep, yaitu menghubungkan fenomena dengan apa yang sudah diketahui peserta didik dan memotivasinya untuk mengajukan pertanyaan sendiri untuk fenomena tersebut. Misalnya, guru melakukan apersepsi dengan bertanya "Apakah kalian pernah bertanya mengapa permen semakin kecil saat kalian mengunyahnya?" Guru mengajukan pertaanyaan tersebut berujuan untuk menarik perhatian peserta didik dalam topik dan melakukan eksplorasi pengetahuan awal peserta didik. Guru memberikan permen karet pada setiap peserta didik, agar peserta didik memiliki pengetahuan yang konkrit dan mengalami fenomena tersebut. Dalam kegiatan kelas, para peserta didik melakukan percobaan awal menguji hipotesis dengan dibimbing guru. Guru mengajukan masalah: "Saya telah memperhatikan bahwa ukuran gumpalan karet menurun jauh dalam 10 atau 15 menit pertama mengunyah." Guru mengatakan kepada peserta didik bahwa perubahan dalam volume ini disebabkan oleh hilangnya gula. Setelah menganalisis hasil percobaan awal, peserta didik mengajukan pertanyaan sendiri tentang permen, banyak yang dapat dijawab dengan percobaan serupa. Hal ini berarti, ketika peserta didik mengajukan pertanyaan sendiri sebenarnya peserta didik menjadi pembelajar yang diberdayakan.
(2) Merencanakan dan memprediksi hasil
Setelah peserta didik mengeksplorasi ide-ide melalui pengalaman bereksperimen, peserta didik merumuskan pertanyaan dan membuat rencana untuk menyelidiki pertanyaan yang mereka ajukan. Selanjutnya peserta didik juga memprediksi dan memikirkan apa yang akan dihasilkan. Hal ini membutuhkan waktu dan latihan sebelum peserta didik belajar bagaimana merumuskan pertanyaan. Adalah penting pada proses ini, guru memberi contoh bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diselidiki. dan membuang pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang tidak dapat diselidiki. Dalam contoh ini, pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang berkembang meliputi: "Bagaimana akan kerugian berat dibandingkan dalam permen manis dibandingkan permen karet tanpa gula?" Dan "Apakah jumlah massa yang hilang tergantung pada berapa lama Anda mengunyah permen karet?" Bekerja dalam kelompok pembelajaran kooperatif, peserta didik membuat rencana tindakan untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan mereka dan memprediksi hasilnya.
(3) Penyelidikan untuk pengumpulan data
Pada tahap ini peserta didik terlibat dalam penyelidikan dan mengumpulkan data. Sangat penting untuk memberi waktu yang cukup pada peserta didik untuk menyelesaikan penyelidikannya. Peserta didik dalam skenario ini memulai investigasi dengan menimbang sepotong permen karet. Selanjutnya permen karet dikunyah selama 15 menit, biarkan kering selama 48 jam, dan timbang lagi.
(4) Interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan
Pada tahap ini peserta didik menyusun argumen untuk mendukung data dan menguji hipotesis. Peserta didik membuat hubungan generalisasi untuk mengembangkan kesimpulan. Dengan kata lain, peserta didik menganalisis data untuk mebuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang disajikan. Selanjutnya peserta didik mengomunikasikan temuanya (presentasi) dengan dengan berbagai cara. Cara apapun yang digunakan dalam presentasi, peserta didik menyatakan kembali pertanyaan dan prediksi, menggambarkan penyelidikan, dan menginterpretasikan hasil. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mengomunikasikan temuannya yaitu membandingkan kadar gula permen karet sebelum dan sesudah dikunyah.
(5) Melakukan refleksi
Pada tahap refleksi, peserta didik dapat mengulang fenomena dan merencanakan penyelidikan lebih lanjut. Sebagai hasil refleksi mungkin muncul pertanyaan baru untuk proses penyelidikan berikutnya. Sebagai contoh, peserta didik merefleksikan temuannya dari investigasi permen karet, pertanyaan baru muncul: "Apakah permen karet dengan rasa yang berbeda dari merek yang sama mengandung kadar gula yang berbeda?" Dan "Apakah permen karet yang dikunyah dalam air liur kehilangan massa lebih banyak dari permen karet dikunyah di air? Peserta didik, melakukan proses penyelidikan sekali lagi dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan baru sebagai dasar penyelidikan berikutnya.
Sumber : buku k13 Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII
Pada dasarnya manusia melakukan inkuiri sejak lahir. Proses inkuiri dimulai sengan mengumpulkan informasi dan data dengan menggunakan organ indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan membau. Premis yang mendasari pembelajaran berbasis inkuiri adalah (1) need or want to know (rasa ingin tahu) dan (2) strategi intelektual yang digunakan oleh ilmuwan untuk memecahkan masalah dapat diajarkan kepada peserta didik.
Melibatkan peserta didik dalam inkuiri memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam proses mental yang tinggi ( penalaran) dan mengambil keputusan. Sepanjang proses inkuiri, para guru dan peserta didik didorong untuk berpikir kritis, terbuka, dan yang paling penting, curiousity tentang lingkungan belajar. Peserta didik menjadi lebih sadar bahwa mereka bertanggung jawab atas temuan mereka sendiri. Proses inkuiri memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilan, dan disposisi untuk belajar seumur hidup, misalnya, kemandirian, keterampilan berpikir, kepercayaan diri, pengambilan keputusan, pembelajaran kooperatif dan lainnya keterampilan hidup.
Bruner menjelaskan ada 4 manfaat dari pengalaman belajar melalaui proses penemuan jawaban pada pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut.
1). Meningkatkan proses intelektual. Menurut Bruner, proses penemuan membantu peserta didik belajar cara memecahkan masalah dan belajar dari tugas (task of learning). Di samping itu, peserta didik juga belajar untuk menghubungkan informasi yang diperoleh sebelumnya menjadi informasi baru dalam memecahkan masalah sampai memeroleh jawaban yang memuaskan. Melalui pembelajaran berbasis inkuiri peserta didik memeroleh kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya.
2). Perubahan penghargaan dari ekstrinsik ke intrinsik. Peserta didik mendapatkan kepuasan dari melakukan manipulasi lingkungan dan pemecahan masalah. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya untuk tidak merasa puas mencari solusi terhadap suatu masalah.
3). Belajar penemuan. Melalui pembelajaran berbasis inkuiri, peserta didik dilatih untuk belajar menemukan masalah sendiri, berusaha untuk mencari pemecahan masalahnya dengan berbagai aktivitas penyelidikan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Bruner menjelaskan bahwa proses inkuiri berkenaan dengan belajar bagaimana mengajukan suatu masalah yang dapat dikerjakan dan dipecahkan. Bruner percaya bahwa hanya melalui praktik dan terlibat dalam proses inkuiri seseorang akan dapat belajar memecahkan masalah. Semakin banyak peserta didik belajar dalam proses inkuiri, semakin banyak proses dapat digeneralisasi dari tugas dan masalah yang dapat dipecahkan.
4). Alat untuk proses mengingat. Masalah utama mengingat adalah mendapatkan kembali apa yang pernah diingat. Peserta didik yang memahami bahan yang dipelajari akan lebih cepat diingat.
Dukungan pembelajaran berbasis inkuiri secara empiris
1). Memotivasi Peserta didik
Salah satu alasan utama untuk mendukung suatu pembelajaran inkuiri adalah karena dianggap memotivasi peserta didik lebih kuat. Bransford, dkk. (2003) menyatakan bahwa peserta didik yang difasilitasi pembelajaran berbasis inkuiri mempunyai motivasi yang mempengaruhi jumlah waktu dan energi untuk belajar. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk tetap memotivasi, tugas yang dibeirkan harus menantang dengan tingkat kesulitan yang tepat; jika tugas terlalu mudah peserta didik akan bosan, sedangkan jika tugas terlalu sulit, peserta didik akan menjadi frustrasi. Senada dengan pendapat Ciardello (2003), peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dengan memicu rasa ingin tahu mereka. Jadi dengan menghadapkan peserta didik dengan konflik kognitif, peserta didik diminta untuk mencari jawaban dari pertanyaan dengan disertai bukti yang mendukung. Peserta didik juga termotivasi ketika mereka dapat melihat kegunaan dan relevansi apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari hari (Bransford, dkk, 2003).
2). Pengembangan Intelektual
Penelitian telah menunjukkan bahwa peserta didik yang terlibat aktif dalam proses inkuiri mampu mengkonstruksi pengetahuan sehingga menjadi miliknya, meningkatkan melek huruf dan meningkatkan keterampilan. Brickman, dkk. (2009) dalam penelitiannya menemukan peserta didik yang difasilitasi pembelajaran berbasis inkuiri menunjukkan peningkatan melek ilmu lebih besar dibanding peserta didik yang difasilitasi dengan pembelajaran secara tradisonal. Selain itu dalam melakukan keterampilan ilmiah peserta didik yang difasilitasi pembelajaran inkuiri lebih percaya diri dibanding pembelajaran tradisional. Berbagai temuan dari 138 penelitian yang dianalisis menunjukkan, tren positif mendukung pembelajaran yang menekankan peserta didik aktif khususnya pembelajaran berbasis inkuiri, berpikir dan menarik kesimpulan dari data. Pengajaran yang secara aktif melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran melalui penyelidikan ilmiah lebih meningkatkan pemahaman konseptual daripada strategi yang mengandalkan pada teknik pasif (Minner, 2009)
3). Tahapan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki urut-urutan yang disusun sebagai panduan bagi guru dan peserta didik yang akan menerapkannya di kelas. Bruner (1965) menyampaikan langkah-langkah pada pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut. Peserta didik mengidentifikasi masalah, curah pendapat untuk memecahkan masalah, merumuskan pertanyaan, melakukan penyelidikan, menganalisis dan menginterpretasikan hasil, berdiskusi, melakukan refleksi, dan membuat kesimpulan. Tahap-tahap (sintaks) pembelajaran inkuiri diyakini membantu peserta didik melakukan proses inkuiri. Sintaks inkuiri berikut diusulkan oleh Ong dan Boorich (2006) merupakan model umum yang digunakan oleh guru dalam merancang pembelajaran berbasis inkuiri, yaitu ask (merumuskan pertanyaan atau hipotesi), investigate (merencakanan penyelidikan dan mengumpulkan data), create (menganalisis data dan menginterpretasikan hasil), discuss (mendiskusikan temuan penyeldiikan dan membuat simpulan), reflect (melakukan refleksi dan membuat hubungan antar konsep).
Tahapan (sintaks) yang digunakan oleh guru dalam merancang pembelajaran berbasis inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000) sebagai berikut.
(1) Identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah
Tahap ini adalah tahap pengembangan konsep, yaitu menghubungkan fenomena dengan apa yang sudah diketahui peserta didik dan memotivasinya untuk mengajukan pertanyaan sendiri untuk fenomena tersebut. Misalnya, guru melakukan apersepsi dengan bertanya "Apakah kalian pernah bertanya mengapa permen semakin kecil saat kalian mengunyahnya?" Guru mengajukan pertaanyaan tersebut berujuan untuk menarik perhatian peserta didik dalam topik dan melakukan eksplorasi pengetahuan awal peserta didik. Guru memberikan permen karet pada setiap peserta didik, agar peserta didik memiliki pengetahuan yang konkrit dan mengalami fenomena tersebut. Dalam kegiatan kelas, para peserta didik melakukan percobaan awal menguji hipotesis dengan dibimbing guru. Guru mengajukan masalah: "Saya telah memperhatikan bahwa ukuran gumpalan karet menurun jauh dalam 10 atau 15 menit pertama mengunyah." Guru mengatakan kepada peserta didik bahwa perubahan dalam volume ini disebabkan oleh hilangnya gula. Setelah menganalisis hasil percobaan awal, peserta didik mengajukan pertanyaan sendiri tentang permen, banyak yang dapat dijawab dengan percobaan serupa. Hal ini berarti, ketika peserta didik mengajukan pertanyaan sendiri sebenarnya peserta didik menjadi pembelajar yang diberdayakan.
(2) Merencanakan dan memprediksi hasil
Setelah peserta didik mengeksplorasi ide-ide melalui pengalaman bereksperimen, peserta didik merumuskan pertanyaan dan membuat rencana untuk menyelidiki pertanyaan yang mereka ajukan. Selanjutnya peserta didik juga memprediksi dan memikirkan apa yang akan dihasilkan. Hal ini membutuhkan waktu dan latihan sebelum peserta didik belajar bagaimana merumuskan pertanyaan. Adalah penting pada proses ini, guru memberi contoh bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat diselidiki. dan membuang pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang tidak dapat diselidiki. Dalam contoh ini, pertanyaan-pertanyaan peserta didik yang berkembang meliputi: "Bagaimana akan kerugian berat dibandingkan dalam permen manis dibandingkan permen karet tanpa gula?" Dan "Apakah jumlah massa yang hilang tergantung pada berapa lama Anda mengunyah permen karet?" Bekerja dalam kelompok pembelajaran kooperatif, peserta didik membuat rencana tindakan untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan mereka dan memprediksi hasilnya.
(3) Penyelidikan untuk pengumpulan data
Pada tahap ini peserta didik terlibat dalam penyelidikan dan mengumpulkan data. Sangat penting untuk memberi waktu yang cukup pada peserta didik untuk menyelesaikan penyelidikannya. Peserta didik dalam skenario ini memulai investigasi dengan menimbang sepotong permen karet. Selanjutnya permen karet dikunyah selama 15 menit, biarkan kering selama 48 jam, dan timbang lagi.
(4) Interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan
Pada tahap ini peserta didik menyusun argumen untuk mendukung data dan menguji hipotesis. Peserta didik membuat hubungan generalisasi untuk mengembangkan kesimpulan. Dengan kata lain, peserta didik menganalisis data untuk mebuat suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang disajikan. Selanjutnya peserta didik mengomunikasikan temuanya (presentasi) dengan dengan berbagai cara. Cara apapun yang digunakan dalam presentasi, peserta didik menyatakan kembali pertanyaan dan prediksi, menggambarkan penyelidikan, dan menginterpretasikan hasil. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mengomunikasikan temuannya yaitu membandingkan kadar gula permen karet sebelum dan sesudah dikunyah.
(5) Melakukan refleksi
Pada tahap refleksi, peserta didik dapat mengulang fenomena dan merencanakan penyelidikan lebih lanjut. Sebagai hasil refleksi mungkin muncul pertanyaan baru untuk proses penyelidikan berikutnya. Sebagai contoh, peserta didik merefleksikan temuannya dari investigasi permen karet, pertanyaan baru muncul: "Apakah permen karet dengan rasa yang berbeda dari merek yang sama mengandung kadar gula yang berbeda?" Dan "Apakah permen karet yang dikunyah dalam air liur kehilangan massa lebih banyak dari permen karet dikunyah di air? Peserta didik, melakukan proses penyelidikan sekali lagi dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan baru sebagai dasar penyelidikan berikutnya.
Sumber : buku k13 Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII
0 Response to "Dukungan Pembelajaran Berbasis Inkuiri"
Post a Comment