tujuan penggunaan dana IPO dapat mengungkapkan informasi tentang kualitas emiten

Initial Public Offerings (IPO) atau penawaran umum saham adalah salah satu bentuk pasar perdana (primary market). Pasar perdana mempertemukan antara emiten (perusahaan penerbit saham) dengan investor yang berminat untuk memiliki saham suatu perusahaan. IPO merupakan peristiwa yang penting disebabkan karena kesenjangan informasi (information asymmetry) yang besar antara emiten dan investor.

Dalam penawaran umum, informasi tentang emiten relatif terbatas. Publikasi informasi tentang emiten juga cenderung berfokus pada investor tertentu, yaitu sophisticated investors. Kurangnya informasi publik tentang IPO mengakibatkan investor biasa akan menghadapi ketidakpastian investasi yang tinggi (Ibbotson, Sindelar, & Ritter, 1988; Clarkson, 1994). Healy dan Palepu (2001) berpendapat bahwa kurangnya informasi dapat mendorong pasar modal menilai rendah peluang investasi yang baik dan menilai terlalu tinggi peluang investasi yang buruk. Karenanya, tingkat asimetri informasi mempengaruhi insentif transaksi di pasar modal.

Kurangnya penanganan asimetri informasi, oleh karena itu, akan menjadi disinsentif bagi investor dan meningkatkan potensi kegagalan pasar. Salah satu solusi untuk mengurangi asimetri informasi adalah peraturan otoritas pasar modal tentang perlunya perusahaan untuk mengungkapkan semua informasi pribadi yang bersifat material. Pengungkapan informasi akan meningkatkan efisiensi dan insentif bagi investor. Pengungkapan juga meningkatkan endogenitas proses dalam pasar karena melibatkan banyak pelaku pasar (Verrecchia, 2001).

Salah satu bentuk pengungkapan dalam proses IPO adalah informasi tentang rencana penggunaan dana dalam prospektus saham. Otoritas pasar modal mewajibkan emiten untuk menjelaskan tujuan penggunaan dana IPO sedetail mungkin. Melalui pengungkapan rencana menggunakan dana hasil IPO, seluruh investor memperoleh informasi tentang proporsi penggunaan dana untuk berbagai keperluan, seperti investasi jangka panjang, pembayaran utang, dan penambahan modal kerja.

Selain itu, investor juga dapat memperoleh informasi tentang penggunaan hasil untuk tujuan khusus seperti akuisisi dan pembiayaan anak perusahaan & perusahaan terafiliasi lain. Dengan kata lain, pengungkapan rencana penggunaan dana dapat mengurangi asimetri informasi di pasar perdana. Hal tersebut dapat berdampak pada kinerja pasar suatu saham IPO, baik kinerja hari perdagangan pertama (underpricing) maupun kinerja jangka panjang.

Leone, Rock, dan Willenborg (2007) menyatakan bahwa pengungkapan rencana untuk menggunakan hasil IPO dapat mengurangi ketidakpastian ex-ante dan membantu investor dalam memperkirakan nilai di pasar sekunder. Penelitian kami bertujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan tujuan penggunaan hasil IPO pada underpricing dan kinerja pasar jangka panjang IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kinerja Pasar Saham-saham IPO

Kinerja saham IPO dapat meliputi kinerja akuntansi dan kinerja pasar. Kinerja akuntansi saham IPO diukur menggunakan hasil analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, misalnya tingkat pengembalian atas investasi (ROI). Kinerja pasar dianalisis berdasarkan perubahan harga saham di pasar sekunder. Dua metode pengukuran kinerja pasar yang sering digunakan adalah underpricing (kinerja hari perdagangan pertama) dan kinerja jangka panjang.  Underpricing adalah kecenderungan initial return positif; yaitu kecenderungan saham-saham IPO menghasilkan tingkat pendapatan positif pada hari pertama perdagangan saham di bursa efek (Initial return adalah selisih antara harga pada akhir hari perdagangan dengan harga yang ditawarkan saat IPO).

Kinerja pasar jangka panjang adalah tingkat pendapatan saham IPO beberapa bulan (dapat bervariasi 12 hingga 60 bulan) setelah diperdagangkan. Penelitian kami menggunakan metode buy-and-hold abnormal returns 36 bulan (BHAR36) pasca IPO dalam pengukuran kinerja pasar jangka panjang. Karena sifat pengungkapan tujuan penggunaan dana yang meminimalkan asimetri informasi, dampaknya pada underpricing serta kinerja pasar jangka panjang saham-saham IPO dapat diprediksi.

Jika tujuan penggunaan hasil IPO memberikan informasi positif, maka penerbit termotivasi untuk menetapkan harga saham IPO tidak jauh berbeda dari nilai intrinsiknya (nilai/harga saham yang seharusnya), dan sebaliknya. Informasi positif juga dapat mendorong kinerja pasar jangka panjang yang lebih baik.

Desain penelitian dan hasilnya

Populasi penelitian kami adalah seluruh IPO di Bursa Efek Indonesia (sebelumnya Bursa Efek Jakarta) selama periode 2006-2013. Sampel penelitian ini adalah 148 perusahaan IPO yang diperoleh dengan teknik purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria, yaitu perusahaan yang melakukan IPO 2006-2013, prospektus IPO lengkap tersedia, dan harga saham bulanan selama 36 bulan penuh pasca IPO dapat diperoleh. Jumlah sampel setara dengan 89% IPO selama periode observasi. Analisis dilakukan menggunakan teknik  regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tujuan penggunaan dana IPO untuk akuisisi dan pembayaran utang dengan underpricing. Harga saham IPO pada tujuan-tujuan tersebut cenderung tidak terlalu berbeda dengan nilai intrinsiknya. Hal ini disebabkan karena akuisisi dan rencana pembayaran utang memberikan sinyal positif kepada investor tentang prospek dan kualitas perusahaan. Untuk alasan yang sama, IPO dengan tujuan melunasi utang menunjukkan kinerja pasar jangka panjang yang lebih baik.

Studi ini menunjukkan bahwa informasi tentang tujuan penggunaan dana IPO dapat mengungkapkan informasi tentang kualitas emiten. Informasi tersebut, oleh karena itu, sangat penting bagi investor di pasar perdana. Emiten baru harus sangat berhati-hati dalam merumuskan tujuan penggunaan dana hasil penawaran umum. (*)

Penulis: Nugroho Sasikirono

0 Response to "tujuan penggunaan dana IPO dapat mengungkapkan informasi tentang kualitas emiten"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel