Gaya Bahasa

Secara terperinci, gaya bahasa (channel) dapat dibagi menjadi dua, yaitu gaya lisan dan gaya tulis. Gaya lisan atau tulis ini tidak terkait erat dengan apakah bahasa itu diucapkan atau ditulis. Gaya lisan dan gaya tulis ini diklasifikasikan berdasarkan sifat alamiah bahasa yang sedang digunakan (the nature of language). Sebenarnya pembagian gaya bahasa lisan atau tulis ini tidak semata-mata bersifat dikotomis, tetapi perbedaan itu lebih merupakan suatu kontinum. Artinya, bahasa yang kita gunakan sehari-hari berada pada garis kontinum, yaitu lebih bersifat lisan, cenderung lisan, tengah-tengah antara lisan dan tulis, cenderung tulis, atau lebih bersifat tulis.
Di dalam realitas sehari-hari variasi gaya bahasa dapat jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan pembagian di atas. Akan ada gaya bahasa yang jatuh pada titik kontinum antara lisan dan cenderung lisan, antara cenderung lisan dan lisantulis, antara lisan-tulis dan cenderung tulis, dan antara cenderung tulis dan tulis yang bergantung pada konteks situasinya.
Ciri gaya bahasa lisan atau tulis ini pada dasarnya dibedakan menurut tingkat keabstrakan atau luwes dan padatnya bahasa yang digunakan. Bahasa lisan secara keseluruhan lebih konkret dan luwes, sedangkan bahasa tulis lebih abstrak dan padat. Pada sistem kebahasaan keabstrakan dan kepadatan bahasa dapat dilihat melalui sistem leksisnya: kongruen atau inkongruen, kepadatan leksikalnya: perbandingan antara leksis gramatikal dan leksis konten, sistem klausanya: simpleks atau kompleks, sistem kelompok nomina: simpleks atau kompleks, sistem gramatikanya: merujuk pada situasi komunikasi searah atau dua arah, serta penggunaan aspek kohesi tertentu.
Lebih lanjut, perbedaan bahasa lisan dan tulis dapat dirangkum sebagai berikut.

Perbedaan Bahasa Lisan dan Tulis

Bahasa Lisan
1. Sistem leksisnya lebih kongruen (sistem penyimpulannya langsung), serta lebih luwes karena sedikit abstraksi dan teknikalitas, rasio antara leksis konten dan gramatikalnya lebih dari 0,5.
2. Penggunaan gramatikalnya lebih merujuk pada situasi komunikasi dua arah, misalnya penggunaan vokatif (gramatika untuk memanggil seseorang), seperti John, sayang, Pak. Penggunaan kata ganti orang kedua: kamu, Anda dengan variasi pronomina orang keduanya: seperti Anda sekalian.
3. Sistem klausanya lebih bersifat kompleks karena klausa kompleks secara jelas menunjukkan hubungan logis antara kejadian yang satu dan yang lainnya. Klausa kompleks dengan kata sambung (eksternalnya): dan, tetapi, atau, walaupun, karena, sehingga, setelah, sebelum, dan lain- lain membuat logika lebih mudah dimengerti.
4. Sistem grupnya (nomina, verba, dan adjunct) lebih bersifat simpleks karena grup simpleks ini lebih jelas entitasnya (nomina), prosesnya (verba), serta lebih jelas sirkumstan-nya (adjunct).
5. Sistem kohesi yang digunakan banyak menggunakan repetisi karena dengan repetisi rujukannya menjadi lebih jelas; adanya elipsis yang membuat teks, seperti wacana percakapan.

Bahasa Tulis
1. Sistem leksisnya lebih inkongruen (penyimpulannya secara tidak langsung),serta padat karena banyak abstraksi dan teknikalitas, rasio leksis konten dangramatikalnya lebih banyak kurang dari 0,5.
2. Penggunaan gramatikalnya lebih merujuk pada situasi komunikasi satu arah. Tidakada vokatif, tidak mengadakan kata gantiorang kedua.
3. Sistem klausanya lebih bersifat simpleks karena penggunaan klausa simpleks lebih menutupi hubungan logis antara kejadian yang satu dan kejadian yang lain. Jikasuatu teks banyak menggunakan klausa simpleks, logika sering diekspresikan secara implisit atau menggunakan katasambung internal yang biasanya terletak pada bagian depan klausa simpleks(kalimat simpleks), misalnya sementara itu,oleh karena itu, lebih lanjut, dan pada sisi lain.
4. Sistem grupnya lebih bersifat kompleks, terdapat pre dan post modifier (embedding) di dalam kelompok nominanya dengan verba ganda serta modifiernya pada kelompok verba, sertaadanya embedding frasa benda di dalamkelompok adjunct.
5. Sistem kohesinya jarang menggunakan repetisi, hanya jika terpaksa untuk menghindari ambiguitas rujukan.Tidak adanya penggunaan elipsis yangmembuat seolah-olah seperti wacana percakapan.

Karena tingkat abstraksi dan keluwesan gaya bahasa lisan atau tulis ini, sering gaya bahasa lisan atau tulis ini dikaitkan dengan ragam bahasa lainnya. Misalnya, anak sering menggunakan bahasa ragam lisan karena tingkat pemikiran anak yang lebih konkret serta logika anak yang sederhana untuk mengekspresikan hubungan kejadian yang satu dengan kejadian yang lainnya. Di pihak lain, orang tua sering menggunakan ragam bahasa yang lebih cenderung tulis karena orang tua lebih banyak berpikir secara abstrak dengan logika yang lebih rumit. Bahasa akademik lebih bersifat tulis karena sistemnya secara keseluruhan lebih abstrak dan logika implisit dan leksis yang lebih padat. Bahasa awam lebih cenderung bergaya lisan karena orang awam lebih berpikir konkret dan lebih luwes dengan logika yang lebih eksplisit.
Berdasarkan asumsi di atas, setiap ragam bahasa, seperti ragam jurnalistik, hukum, sastra, atau seni dapat dikategorikan menurut gaya bahasa lisan atau tulis dengan berbagai kecenderungannya. Untuk memberikan contoh yang lebih jelas, lihat teks berikut ini. Teks yang diambil dari teks iklan ini akan dilihat aspek konteks situasinya: medan, pelibat, dan sarananya. Selain itu, subaspek perlibat: afek, status, dan kontak, serta subaspek saran:gaya bahasa dan medianya juga akan dibahas.

Sumber : buku k13 Bahasa Indonesia kelas XI

0 Response to "Gaya Bahasa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel