Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Terdapat berbagai definisi dari PBL, beberapa diantaranya akan dikemukakan lebih lanjut. Torp dan Sage (2002) mendefinisikan PBL sebagai pembelajaran yang terfokus, terorganisasi dalam penyelidikan dan penemuan masalah-masalah nyata. Peserta didik ditantang sebagai penemu masalah dan pencari akar masalah. Untuk kepentingan tersebut, situasi dan kondisi pembelajaran sedapat mungkin menunjang kegiatan peserta didik dalam proses menjadi pebelajar mandiri.
Sonmez dan Lee (2003) mendefinisikan PBL sebagai model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata (permasalahan ‘terbuka’), secara mandiri atau dalam kelompok. PBL menantang peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan menjadi pebelajar mandiri. Permasalahan dapat dipilih dari eksploitasi keingintahuan peserta didik terhadap fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, dengan menekankan pada penggunaan ketrampilan berpikir kritis dan berpikir analitik.
Savery (2006) menyatakan bahwa PBL adalah model yang menekankan pada pembelajaran berbasis student-centered, yang dapat memberdayakan peserta didik untuk melakukan penyelidikan, mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk mengembangkan penemuan solusi atau pemecahan terhadap masalah tertentu. Ciri khas PBL adalah bahwa guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran, adanya tanggung jawab peserta didik untuk menjadi pebelajar mandiri dan pengarah diri sendiri dalam pembelajaran, dan adanya elemen-elemen penting dalam desain permasalahan yang ill-structured (tidak tentu) sebagai tenaga pendorong untuk melakukan inkuiri (Gallagher, dkk, 1995).
PBL didefinisikan oleh Hmelo-Silver (2004) sebagai model pembelajaran di mana peserta didik difasilitasi untuk belajar menemukan masalah dalam situasi permasalahan yang kompleks atau ill-structured problem, yang tidak hanya mempunyai satu macam solusi. Dalam model ini, peserta didik bekerja berkelompok secara kolaboratif untuk mengidentifikasi hal-hal yang mereka perlukan untuk belajar guna memecahkan masalah, mengarahkan belajar mandiri, mengaplikasikan pengetahuan baru mereka untuk permasalahan itu, serta merefleksi apa yang telah mereka pelajari dan keefektifan strategi yang telah mereka gunakan.
De Gallow (2001) mendeskripsikan PBL sebagai bentuk studentcenteredLearning, ialah bentuk pembelajaran di mana setiap peserta didik memeroleh kesempatan belajar yang relevan dengan kebutuhan belajarnya. Bentuk pembelajaran yang demikian bukan berarti guru harus mengerti semua materi untuk diberikan kepada peserta didik dengan berbagai kepentingan, kebutuhan, dan karakteristiknya, melainkan lebih sebagai tutor yang menunjukkan apa yang telah peserta didik ketahui, apa yang belum, dan apa yang semestinya dicari, yang merupakan tanggung jawab masingmasing peserta didik. Pemberian tugas dan aktivitas yang menantang dan menuntut pemikiran peserta didik akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar mencari, menganalisis, dan menentukan jawaban terkait tugas dan aktivitas itu.
Sockalingam dan Schmidt (2011) menjelaskan bahwa PBL didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik tidak hanya memeroleh pengetahuan tetapi juga bahwa mereka tahu bagaimana menerapkan pengetahuan ini dalam situasi nyata. Pada pembelajaran PBL, peserta didik membahas dan menganalisis masalah dalam kelompok. Hal ini menyebabkan beberapa isu atau topik membutuhkan eksplorasi. Peserta didik kemudian menggunakan isu atau topik yang belum terselesaikan sebagai pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar mereka.
Arends (2008) menjelaskan ciri-ciri PBL seperti berikut ini.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
PBL mengorganisasikan pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan secara pribadi bermakna bagi peserta didik. Pertanyaan dan masalah tersebut hendaknya terkait dengan situasi kehidupan nyata, diupayakan mengindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk pertanyaan dan masalah tersebut.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Masalah aktual hendaknya dipilih untuk dikaji pemecahannya, yang dapat ditinjau dari berbagai segi, meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (seperti IPA, matematika, atau IPS). Sebagai contoh, masalah pencemaran, dapat ditinjau dari segi biologi, ekonomi, kesehatan, sosial, dan sebagainya.
c. Penyelidikan autentik
PBL menghendaki peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian masalah yang nyata. Peserta didik hendaknya menganalisis dan menentukan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Model yang digunakan tergantung pada masalah yang sedang dikaji.
d. Menghasilkan dan memamerkan produk atau hasil karya
PBL menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam berbagai alternatif bentuk seperti presentasi laporan, transkrip debat, model fisik, video, program komputer, atau yang lain. Produk tersebut bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan peserta didik pada peserta didik-peserta didik yang lain.
e. Kerja sama
PBL juga dicirikan oleh adanya kerja sama antar peserta didik, dalam bentuk berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama antar peserta didik dapat memberikan motivasi untuk bekerja bersama dalam tugas-tugas yang lebih kompleks dan meningkatkan peluang untuk berbagi inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan sosial.
Sumber : buku k13 IPA kelas VIII
Terdapat berbagai definisi dari PBL, beberapa diantaranya akan dikemukakan lebih lanjut. Torp dan Sage (2002) mendefinisikan PBL sebagai pembelajaran yang terfokus, terorganisasi dalam penyelidikan dan penemuan masalah-masalah nyata. Peserta didik ditantang sebagai penemu masalah dan pencari akar masalah. Untuk kepentingan tersebut, situasi dan kondisi pembelajaran sedapat mungkin menunjang kegiatan peserta didik dalam proses menjadi pebelajar mandiri.
Sonmez dan Lee (2003) mendefinisikan PBL sebagai model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk mencari pemecahan masalah dalam dunia nyata (permasalahan ‘terbuka’), secara mandiri atau dalam kelompok. PBL menantang peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan menjadi pebelajar mandiri. Permasalahan dapat dipilih dari eksploitasi keingintahuan peserta didik terhadap fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, dengan menekankan pada penggunaan ketrampilan berpikir kritis dan berpikir analitik.
Savery (2006) menyatakan bahwa PBL adalah model yang menekankan pada pembelajaran berbasis student-centered, yang dapat memberdayakan peserta didik untuk melakukan penyelidikan, mengintegrasikan teori dan praktik, menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk mengembangkan penemuan solusi atau pemecahan terhadap masalah tertentu. Ciri khas PBL adalah bahwa guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran, adanya tanggung jawab peserta didik untuk menjadi pebelajar mandiri dan pengarah diri sendiri dalam pembelajaran, dan adanya elemen-elemen penting dalam desain permasalahan yang ill-structured (tidak tentu) sebagai tenaga pendorong untuk melakukan inkuiri (Gallagher, dkk, 1995).
PBL didefinisikan oleh Hmelo-Silver (2004) sebagai model pembelajaran di mana peserta didik difasilitasi untuk belajar menemukan masalah dalam situasi permasalahan yang kompleks atau ill-structured problem, yang tidak hanya mempunyai satu macam solusi. Dalam model ini, peserta didik bekerja berkelompok secara kolaboratif untuk mengidentifikasi hal-hal yang mereka perlukan untuk belajar guna memecahkan masalah, mengarahkan belajar mandiri, mengaplikasikan pengetahuan baru mereka untuk permasalahan itu, serta merefleksi apa yang telah mereka pelajari dan keefektifan strategi yang telah mereka gunakan.
De Gallow (2001) mendeskripsikan PBL sebagai bentuk studentcenteredLearning, ialah bentuk pembelajaran di mana setiap peserta didik memeroleh kesempatan belajar yang relevan dengan kebutuhan belajarnya. Bentuk pembelajaran yang demikian bukan berarti guru harus mengerti semua materi untuk diberikan kepada peserta didik dengan berbagai kepentingan, kebutuhan, dan karakteristiknya, melainkan lebih sebagai tutor yang menunjukkan apa yang telah peserta didik ketahui, apa yang belum, dan apa yang semestinya dicari, yang merupakan tanggung jawab masingmasing peserta didik. Pemberian tugas dan aktivitas yang menantang dan menuntut pemikiran peserta didik akan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar mencari, menganalisis, dan menentukan jawaban terkait tugas dan aktivitas itu.
Sockalingam dan Schmidt (2011) menjelaskan bahwa PBL didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik tidak hanya memeroleh pengetahuan tetapi juga bahwa mereka tahu bagaimana menerapkan pengetahuan ini dalam situasi nyata. Pada pembelajaran PBL, peserta didik membahas dan menganalisis masalah dalam kelompok. Hal ini menyebabkan beberapa isu atau topik membutuhkan eksplorasi. Peserta didik kemudian menggunakan isu atau topik yang belum terselesaikan sebagai pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar mereka.
Arends (2008) menjelaskan ciri-ciri PBL seperti berikut ini.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
PBL mengorganisasikan pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan secara pribadi bermakna bagi peserta didik. Pertanyaan dan masalah tersebut hendaknya terkait dengan situasi kehidupan nyata, diupayakan mengindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk pertanyaan dan masalah tersebut.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Masalah aktual hendaknya dipilih untuk dikaji pemecahannya, yang dapat ditinjau dari berbagai segi, meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (seperti IPA, matematika, atau IPS). Sebagai contoh, masalah pencemaran, dapat ditinjau dari segi biologi, ekonomi, kesehatan, sosial, dan sebagainya.
c. Penyelidikan autentik
PBL menghendaki peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian masalah yang nyata. Peserta didik hendaknya menganalisis dan menentukan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Model yang digunakan tergantung pada masalah yang sedang dikaji.
d. Menghasilkan dan memamerkan produk atau hasil karya
PBL menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam berbagai alternatif bentuk seperti presentasi laporan, transkrip debat, model fisik, video, program komputer, atau yang lain. Produk tersebut bertujuan untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan peserta didik pada peserta didik-peserta didik yang lain.
e. Kerja sama
PBL juga dicirikan oleh adanya kerja sama antar peserta didik, dalam bentuk berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama antar peserta didik dapat memberikan motivasi untuk bekerja bersama dalam tugas-tugas yang lebih kompleks dan meningkatkan peluang untuk berbagi inkuiri dan berdialog untuk mengembangkan keterampilan sosial.
Sumber : buku k13 IPA kelas VIII
0 Response to "Pengertian Problem Based Learning (PBL)"
Post a Comment